Mengasah Kesabaran Dalam Merawat Orang Tua
*
“Repot
yah merawat orangtua yang sudah sepuh. Apalagi Ibuku rewel sekali,
kayak anak kecil. Kayaknya aku nggak sanggup deh menghadapinya”
Keluh kesah itu sering
kita dengar. Sikap orangtua yang dirasa superior oleh anak terkadang
menempatkan anak dalam posisi serba salah saat merawat. Kalau ditanya
pada anak, pastinya setiap anak mengaku bahwa cita-cita terbesar dalam
dirinya tentu ingin membahagiakan orangtua. Namun komunikasi yang tidak
imbang seringkali menyebabkan ungkapan kasih sayang itu tidak
tersampaikan kepada satu sama lain, baik kepada orangtua maupun kepada
anak. Sehingga merawat orangtua seringkali malah menjadi ketakutan
terbesar dalam hidup.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi sendiri agar setiap anak dapat berbakti pada orangtua tanpa merasa terbebani.
1. Ingatlah : SURGA ALLAH MENUNGGU
Merawat orang tua sesungguhnya merupakan wujud kesempurnaan ibadah kita kepada Allah. Bahkan hal itu merupakan
perintah Allah yang telah termaktub dalam Al-Isra (17) 23-24 “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’, dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.
2. PAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS ORANGTUA
Namanya juga orangtua, yang lahirnya lebih dulu dan karenanya
pengalaman hidupnya pastilah lebih banyak, maka ketika orangtua kerap
tampil dengan gaya senioritas yang “sok tahu” ya yang paling aman,
dengarkan saja dulu. Sebab, ingatlah, di mata mereka, betapapun kita
merasa tua, kita hanyalah “si bocah” kemarin sore.
Orangtua juga cenderung lebih sensitive perasaannya, sehingga mudah
pula tersinggung emosinya. Apalagi bagi orang tua yang dulunya bekerja
atau punya jabatan, atau punya kekuasaan tertentu yang kini sudah tak
lagi diembannya. “Post power syndrome” bisa memicu masalah
juga. Karena dulunya dia biasa jadi bos, paling berpengaruh, kemudian
ketika tua dengan fisik yang makin renta menjadi tidak berdaya. Begitu juga
dari segi kekuasaan juga sudah nggak ada. Nah orangtua semacam ini
sebenarnya juga sudah kesal dengan dirinya sendiri. Maka ketika dia
mendapati bahwa orang-orang tidak memperhatikan dia, atau dia merasa
orang tidak sayang sama dia, hal itu akan menambah rasa frustasi.
Memahami kondisi dan karakter orangtua sebenarnya juga tidak terlalu
susah. Kita bisa bertanya kepada orangtua, apa keinginannya, ya
sharinglah.
3. PAHAMI KEINGINANNYA
Sederhana saja sebenarnya. Orangtua itu ingin dipehatikan dan dihormati. Itu saja.
Dan setiap anak pastinya semua juga anak ingin menghormati dan
perhatian pada orangtuanya. Tapi kenapa bisa tidak nyambung ? Karena
definisi menghormatinya beda.
Katakanlah bagi si nenek yang namanya dihormati itu adalah segala katanya didengar, diiyakan dan dituruti. Masalahnya, anaknya penuh kesibukan, baik suami maupun isteri. Cucu pun begitu. Sekolah fullday pula.
Jadilah si orang tua ini merasa kesepian. Lantas merasa tidak
diperhatikan, sampai akhirnya merasa tidak dihargai, tidak dicintai,
tidak disayangi.
Perlu difahami pula, kedewasaan atau kematangan emosional tidak
beriringan langsung dengan pertambahan usia. Banyak variasi. Ada orang
yang usianya sudah 50 tahunan tapi masih selfish. Inginnya
diservis orang terus, maunya orang memperhatikan dia. Jadi ketika
orang-orang tidak menservis dia, mereka disingkirkan, mereka merasa
tidak diperhatikan.
Karena itu, sediakan selalu waktu untuk mau
mendengar perkataan orang tua. Karena mereka kadang hanya butuh
diperhatikan dan didengarkan saja segala cerita dan uneg-unegnya.
4. SARANKAN KESIBUKAN
Tetapi bagi orang yang sejak muda sudah memahami this is life, pada waktunya
mereka akan turun, mereka akan kekurangan, atau kehilangan kekuasaan,
mereka mudah menyadari bahwa orang-orang memang sibuk dan bukan berarti
tidak care. Bagi mereka, ada kesibukan akan sangat membantu mengisi waktu yang
lapang dan bisa kita sarankan atau kita support bila mereka puny aide
yang baik, misalnya kesibukan di kebun, kesibukan membaca, mengaji, atau
memiliki perkumpulan untuk bersosialisasi dengan orang seumurnya.
Nenek atau kakek yang tidak bergaul akan semakin mudah merasa kesepian.
Sementara dengan teman seumuran mereka bisa lakukan kegiatan banyak
hal. Bahkan kalau sekedar ngobrol pun ceritanya akan nyambung.
5. INGAT KEBAIKAN ORANG TUA
Kesadaran untuk merawat
orangtua juga akan muncul dan menguat bila kita kerap membayangkan
proses keberadaan kita di muka bumi ini. Mulai dari 0 tahun, ketika kita
masih menjadi cikal bakal bayi, ketika ibu kita menderita karena
ngidamnya, beratnya mengandung kita selama 9 bulan, betapa besar
perhatiannya pada kita sebagai bayi di kandungan, sampai ketika
melahirkan betapa seorang ibu mempertaruhkan nyawanya, betapa besar
biaya yang dikeluarkan, hingga akhirnya membesarkan dan merawat kita,
orangtua telah begitu banyak memberikan perjuangan dan pengorbanannya untuk kita.
Mulai dari bayi hingga beranjak dewasa kita selalu berada dalam pengasuhan orangtua. Dengan terus mengingat hal itu akan
muncul kesadaran dalam diri, betapa kita tidak bisa membayar semua
jerih payah orangtua. Jadi walaupun perlakuan orangtua dirasa tidak
ideal, tapi tetap saja jasa kedua orangtua itu luar biasa.
6. SADARI KITA AKAN MENJADI TUA PULA
Motivasi lain yang bisa mendorong kita untuk sabar merawat orangtua adalah dengan
mengingat bahwa kelak kita pun akan menjadi tua. Akan menjadi orangtua
yang bagaimana kah kita. Satu hal yang perlu diingat adalah apa
yang dilakukan si anak terhadap ibunya, akan dilihat oleh anaknya lagi.
Jadi si cucu akan melihat bagaimana ibunya memperlakukan nenek.
Kita dapat merenungi kalau kita berbuat tidak baik kepada orangtua yang
telah mengasuh kita, otomatis perlakukan anak-anak kita kelak akan
sama. Karena kita telah memberikan contoh itu.
Selain itu ada kata hati, moral judgment. Jika kita orang yang terbiasa menggunakan emotional quotion tentu kepekaan moral ini akan tumbuh dengan sendirinya, kepada orang lain, apalagi kepada orangtua.
Seseorang punya persepsi, bisa jadi ditanamkan oleh orangtuanya,
bagaimana kewajiban berbuat baik kepada orangtua, sehingga ketika dia
berkeluarga pun dia membangun persepsi yang sama. Ketika dia punya anak
pun, ditanamkan persepsi yang sama, sehingga tidak akan terjadi
perbedaan pandangan tentang hal itu.
Persepsi inilah yang mengkristal jadi keyakinan dan mempengaruhi kata
hati kita. Kata hati ini yang kemudian mendorong sikap dan perilaku
kita.
7. EKSTRA KESABARAN
Sudah barang tentu diperlukan kesabaran ekstra untuk merawat
orangtua. Kalau kita melihat ke belakang toh hal yang sama juga
dilakukan oleh orangtua kita. Bagaimana mereka merawat kita dengan penuh
kesabaran. Kesabaran itu telah terbentuk selama bertahun-tahun, bahkan mereka sampai mengutamakan untuk kehidupan anak, keselamatannya. Nah dengan sikap positif yang begitu besar, maka dalam Al-Qur’an dikatakan haljaza ul ihsan ilal ihsan, bahwa perbuatan yang baik harus dibalas juga dengan kebaikan.
Jadi memperlakukan orangtua yang dulu telah bersabar pada kita dengan baik, tentulah dengan kesabaran juga.
8. BERBUAT BAIK DI SAAT ORANGTUA TELAH TIADA ?
a. Mendo’akan kedua orangtua
“Ya
Allah limpahkanlah rahmat kepada mereka, luaskan kubur mereka, jadikan
kuburan mereka seperti taman surga, mudahkanlah hisabnya, masukkanlah
mereka ke dalam surgaMu yang terindah”
b. Memohon ampunan untuk kedua orangtua
Memohon kepada Allah, ampunan atas dosa dan kesalahan kedua orangtua.
c. Melaksanakan janji-janji (membayar hutang) kedua orangtua yang tidak sempat mereka laksanakan
d. Menghormati dan memuliakan sahabat-sahabat orangtua
e. Menyambung silaturrahim dengan keluarga besar kedua orangtua kita.
* disarikan dari Majalah Ummi No. 10/XX Pebruari 2009 dicopy dari Bunda dan Ananda dengan sedikit perubahan dan tambahan pada butir 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar